Begitulah kira-kira reaksi salah
satu kawan saya ketika saya ajak untuk melakukan vaksin HPV. Mendengar
reaksinya, saya sih cukup kaget. Dalam hati, saya jadi bertanya-tanya, apa
dia nggak nggak tau, ya, kalau vaksin HPV ini buat mencegah risiko penyakit kanker
serviks? Jadi kan, sebaiknya memang dilakukan buat melindungi kita, kaum
perempuan. Kalau menurut pandangan saya, sih, terlepas kita berganti pasangan
atau nggak, pencegahan wajib dilakukan.

Tapi apa mau dikata, teman saya ini
rupanya bergitu yakin kalau dirinya memang tidak membutuhkan vaksin HPV. Saya
sendiri mengetahui soal vaksin HPV ini lewat berbagai pemberitaan di
media. Dan semakin aware setelah mengikuti media diskusi bersama
RS. Puri Indah yang mengulas penyakit mematikan ini. Setelah mengikuti
media diskusi tersebut, pemahaman saya tentang vaksin ini jadi bertambah.
dr. Andry, SpOG dari RS Puri Indah
menjelaskan bahwa vaksin tersebut merupakan vaksin yang
dapat menghilangkan virus HPV. Di mana Human Papiloma Virus atau HPV
ini penyebab terbesar terjadinya kanker serviks pada perempuan. Memang,
sih, secara teoritis penularan virus ini akan lebih tinggi buat mereka
yang sering berganti-ganti pasangan. Tapi, nggak ada jaminan juga kan kalau
buat kita yang setia dengan satu pasangan akan kebal dengan virus ini?
Untuk itulah saat ini tenaga ahli
dari berbagi Rumah Sakit, termasuk RS Puri Indah nggak pernah lelah
menggaungkan betapa pentingnya vaksin ini buat para perempuan. Bahkan, menurut panduan
yang dikeluarkan WHO, umur yang paling aman untuk melakukan vaksin HPV ini
usia 10 tahun hingga 15 tahun. Soalnya, vaksin ini akan lebih ampuh jika
diberikan pada perempuan yang belum menikah.
Jadi bisa kebayang, dong, betapa
pentingnya vaksin HPV ini bagi para perempuan? Selain itu, dr Andry
menerangkan, menurut WHO umur yang aman untuk melakukan vaksin ini mulai
dari 10 tahun sampai 55 tahun, di mana tingkat keberhasilan terbilang tinggi,
sampai dengan 93%. Waktu itu, dr. Andry juga menyayangkan kalau vaksin ini
belum begitu familiar di Indonesia. Padahal kalau ingat kanker serviks
merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, dengan pemberian vaksin ini angka
kematian tentu bisa berkurang.
Lebih lanjut, dr. Andry menjelaskan
kalau vaksin ini dilakukan sebanyak 3 kali. Pertama adalah hari ketika
diberi vaksin yang pertama, yang kedua dilakukan tiga bulan sesudahnya,
dan yang terakhir tiga bulan selanjutnya atau enam bulan sesudah pemberian
vaksin pertama kali. Contohnya, kalau penyuntikan pertama dilakukan pada
Januari, selanjutkan dilakukan penyuntikan di Februari atau Maret, dan
penyuntikan ketiga pada bulan Juli.
Saya sendiri memang belum melakukan
vaksin HPV karena masih menunggu hasil skrining LBC atau thin prep yang belum
lama ini saya lakukan. Oh, ya, waktu skrining kemarin, saya sempat tanya ke dr.
Andry apakah boleh melakukan vaksin HPV tanpa melakukan skrining lebih dulu?
Ternyata vaksin HPV memang sebaiknya dilakukan setelah proses skrining. Ia pun
menjawab, “Vaksin ini kan bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk mencegah. Nah,
kalau ternyata sudah ada infeksi atau pra kanker, masa langsung disuntik begitu
saja? Tentu nggak bagus karena sebaiknya memang harus dilakukan terapi lebih
dulu.”
Kalau begitu, step yang saya lakukan
sudah cukup benar, dong, ya. Sementara saya masih dag dig dug nunggu hasil skrining LBC, saya
mau menyiapkan dana dulu untuk vaksin HPV. Menurut dr. Andry, biaya vaksin ini
sekitar Rp 780.000 sekali suntik. Harapannya, tentu saja tes LBC saya nanti
akan negatif, dengan begitu saya bisa segera melakukan vaksin HPV.
O, ya, vaksin HPV ini ini juga
disarankan untuk dilakukan 3 atau 5 tahun sekali. Soalnya, nilai prediksi
negatif tes ini 100%. Artinya apabila hasilnya negatif, kemungkinan terkena
kanker serviks dalam waktu 3 – 5 tahun hanya 1: 1.000. Bagaimana Mommies, masih
enggan melakukan vaksin HPV?
No comments:
Post a Comment